Sangat sulit memahami sebuah makna dari perasaan. Sangat berat memaknai
sebuah ungakapan sayang. Sangat dangkal ketika kita harus mendefinisikan kata
cinta. Itu semua sebuah pekerjaan yang membutuhkan usaha maksimal. Usaha dimana
antara akal dan hati bersatu untuk menemukan jawaban yang benar. Bukan sebuah
tujuan yang bijak tatkala diri ini mendefinisikan kata cinta-kasih-sayang
menurut akal dan nafsu.
Memang. Sebuah ungkapan akan mengandung banyak makna ketika ita mampu
mengerti dan memahami dengan benar. Sebaliknya ungkapan itu akan menjadi kabur
tatkala kita tidak mengerti tentang kandungan makna ungkapan tersebut. Aku
Sayang Kamu?
Sederhana kah kita memaknai itu. Sesimpel kah kita memahami itu.
Seringankah kita mengucapkan itu. Tapi apakah kita mengetahui kandungan dari
ungkapan itu? Aku Sayang Kamu?
Seandainya diri ini harus memulai mengatakan itu, kepada siapa seharusnya
diri ini mengucapkan, “Aku Sayang Kamu”. Kepada perempuan kah? Kepada laki –
laki kah? Kepada kekasih kah? Kepada gebetan kah? Ato bahkan kepada selingkuhan
kah?
Ehm... seandainya bulan dan bintang bisa ngomong, kepada siapa mereka akan
ngomong, “Aku Sayang Kamu” ??? Seandainya tumbuhan dan batu bisa bercerita
kepada siapa mereka akan bercerita tentang ungkapan, “Aku Sayang Kamu” ???
Aku Sayang Kamu. Ungkapan yang penuh dengan pembuktian. Layaknya pembuktian
itu kita berikan kepada siapa? Layaknya pembuktian itu kita buktikan kepada
siapa? Layaknya ungkapan itu kita persembahkan kepada siapa?>>>
Introspeksi diri<<<
Sedikit bercerita. Saya itu punya pengalaman yang cukup menarik dengan
ungkapan “Aku Sayang Kamu”. Pengalaman yang akan menjadi salah satu pelajaran
terbaik dalam hidup ini. Cerita yang diawali dengan sebuah perkenalan dan
tatapan yang tidak sengaja. Sebuah awal
yang baik menurut diriku saat itu. Sebuah kesempatan berharga. Ya. Kesempatan
berharga dan sangat berharga. Siapa sih cowok yang tidak mau diajak berkenalan
dengan seorang perempuan yang cantik. Orang normal pasti tidak akan
menyia-nyiakan kesempatan itu. Sebuah bidadari dunia. Ingat, bidadari dunia.
Pertemuan berlanjut dengan ngobrol – ngobrol asyik. Kita bercengkerama
layaknya orang yang sudah lama mengenal. Tak lupa juga, andalan seorang cowok
ketika berkenalan dengan cewek cantik yaitu dengan meminta nomernya. Dari nomer
itu lah hubungan kita mulai intensif. Sebuah nomer yang awalnya biasa menjadi
istimewa. Sebuah angka yang tersusun 12 digit telah menjelma sebagai ruh dalam
otak kita. Sederhana. Kapan pun diri ini melihat angka, langsung muncul angka istimewa
nomer cewek tersebut. Ingin sekali mendengar ataupun membaca sebuah ucapan dari
dirinya. Dia sudah merasuk ke dalam jiwa dan pikiran.
Apakah dari situ kisah berhenti? Tidak. Usaha terus berlanjut, tiada kata
menyerah. Semangat 1945. Gue harus mendapatkan ia!!! Yakin 100 %. Bener juga
konsep ini.
“Jin dan Setan akan mengawali setiap usahanya dengan keyakinan 100 % bahwa
Bani Adam as. pasti akan ia tarik sehasta demi sehasta sampai ia tidak sadar
kalo ternyata ia sudah di depan pintu neraka. Kemudian Bani Adam pun tidak
sadar kalo ia sudah masuk di dalamnya. Sehingga saat itu ia mulai menyadari
bahwa dirinya telah masuk ke dalam neraka. Sambil mengadu di hadapan Tuhannya,
ia berkata, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku melakukan perbuatan itu karena diajak
oleh syaitan dan jin. Ampunilah hamba ya Tuhan”. Dalam keadaan seperti itu
syaitan dan jin pun protes kepada Tuhan, “Ya Tuhan jangan salahkan kami,
bukankah ini sudah menjadi tugas kami”. Maka lepaslah tanggungjawab itu kepada
manusia”.
Keyakinan 100 % itulah yang menyebabkan proses berlanjut. Terucaplah
ungkapan, “Aku Sayang Kamu”. Berubah sebuah status yang awalnya sendiri (jomblo
bin galau) menjadi relationship (pacaran bin duka).
Lho kok bisa duka? Ya. Cerita masih berlanjut. Saat itu saya merasakan
satu, dua, tiga bulan hidup terasa indah. Terasa bahagia. Ia selalu mampu
membuat diri ini ceria. Ia selalu menjadi tempat bersanding terindah. Ia
menjadi tempat untuk mengungkapkan segala masalah. Pokoknya gak bisa
diungkapkan dengan kata. Cinta stadium 3. Hampir kritis kalo sudah sampai tahap
ini.
Keindahan dalam bulan pertama, kedua dan ketiga saya rasakan mulai berubah.
Awalnya sih baik – baik saja. Awalnya sih enak – enak aja. Enjoy saat berjumpa.
Tapi lambat laun bisa berubah. Memang tidak secepat itu. Ada juga diantara kita
yang sampai lama ia belum merasakan perubahan itu. Tapi percayalah semakin
lama, maka semakin akan terasa sakitnya.
Perasaan mulai dimanfaatkan lambat laun muncul. Ya kalo gak mau disebut
memanfaatkan, bisa disebut parasit deh. Dimanapun dan kapanpun kita pasti ada
celotehan. Dari hal sesimpel ingin dijemput. Ingin dimengerti. Ingin dianterin.
Ingin ditemani. Dan ternyata fase inilah saat jin dan syaitan bekerja lebih
optimal. Ia merasuk ke dalam pikiran manusia. Ayo ambil kehormatannya saja,
terus cari pengganti yang lain.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah saat
itu diri ini mulai tersadar bahwa ternyata saya sudah masuk ke dalam
jebakan jin dan syaitan. Namun, ternyata ada sebagian diantara kita malah
senang mengikuti bujuk rayu itu. Ia turuti saran jin dan syaitan. Ia ambil
kehormatan dan kesucian perempuan. Setelah itu ia dengan enteng mengucapkan,
“Kamu sudah tidak suci lagi. Aku gak Sayang Kamu. Kita putus”.
Enak benar ya. Mudah dan simpel banget merusak kehormatan dan kesucian
perempuan. Terus kemana larinya ungkapan yang dulu menjadi semangat 100 %, “Aku
Sayang Kamu” ???
Usut punya usut ternyata itu bukan ungkapan. Tapi nafsu yang dibungkus
kenikmatan. Endingnya dosa sudah bertumpuk, maksiat jalan terus. Taubat? Tunggu
dulu. Belum semua perempuan dijajaki. Ungkapan “Aku Sayang Kamu” dikelilingkan
ke setiap perempuan. Tak terkecuali wanita muslimah.
“Aku Sayang Kamu”. Sampai kapan kata yang begitu indah ini tetap menjadi
alat penjajahan dan penjarahan atas kehormatan perempuan? Sampai kapan ungkapan
“Aku Sayang Kamu” dengan mudah dikatakan kepada setiap perempuan?
Taukah kita seandainya kata “Aku Sayang Kamu” ini diucapkan oleh seorang
suami kepada istrinya, ataupun anak kepada orang tuanya akan menjadi sebuah
power yang sangat kuat. Rasa sayang yang begitu mengikat. Kedamaian.
Ketentaraman. Kebahagiaan. Kamu adalah bagian hidupku. Subhanallah... indahnya
dunia ini jika seperti itu.
Introspeksi diri. Berapa sering kita mengatakan kepada ayah – ibu kita.
Suami – istri kita. Bahwa “Aku Sayang Kamu”? Seberapa seringkah?
Atau kita bandingkan, ketika ada seorang cowok ataupun cewek mengajak utk
bermaksiat kepada Allah dengan ungkapan “Aku Sayang Kamu”, lebih sering yang
mana?
Padahal cintanya Allah SWT akan muncul tatkala kita dapat mencintai dan
menyayangi orang tua, saudara, istri – suami karena Allah SWT. Cinta karena
Allah SWT. Dan berhenti dari aktifitas pacaran adalah salah satu bukti kita
cinta kepada Allah SWT.
Katakan pada cowok/cewek kita, “Aku Sayang Kamu karena Allah SWT. Makanya
lebih baik kita putus aja. Seandainya engkau adalah jodohku, insya Allah aku
akan siap untuk menemui walimu dan mengatakan aku akan menikahi kamu.
Seandainya engkau bukan jodohku, semoga dari dirimu akan lahir anak – anak yang
taat kepada Allah SWT dan orang tua, layaknya seperti dirimu yang meninggalkan
kemaksiatan”
“Aku Sayang Kamu Wahai Sahabat dan Saudara – Saudaraku karena Allah SWT”
Kalau bilang aku sayang kamu (lillah) karena kita kagum agama dan keyakinannya?? Boleh ga??
BalasHapusungkapan sayang dan cinta akan indah jika di berikan pada seseorang yg telah halal...
BalasHapuslalu gmn klo perasaan sayang dan cinta itu datang kpd seseorang yg blm halal untuk kita? mungkin sayang dan cinta dalam DIAM akan lebih baik...
sayang dan cinta yg terlalu sering d ungkapkan lama kelamaan akan menjadi hambar.. dan boleh jadi seringnya kita mengungkapan itu sebenarnya hanya untuk meyakinkan atau mencari kebenaran pada hati kita, apakah benar2 perasaan itu benar adanya...
tapi sungguh, perasaan sayang dan cinta anak manusia terkadang susah untuk d sembunyikan... bisa d lihat dari mata sebagai jendela hati, dan lisan yg jujur sebagai pintu hati...
sayang dan cinta yg baik hanya datang dr orang yag baik pula..
seperti apakah orang baik itu??
Orang yang baik insya ALLAH adalah yg baik ibadah dan akhlak nya... Karena baiknya ibadah dan akhlak menjadi salah satu bukti cinta kepada ALLAH..
cinta kepada ALLAH akan memberi dampak cinta yg baik kepada manusia...
wallahu'alam...
Sepertinya harus baca cerita yang satu ini nih!
BalasHapushttp://nasruri.blogspot.com/2013/09/ada-yang-bilang-cinta-padaku.html