Dalam dekade belakangan ini, muncul banyak sekali training –
training maupun pengembangan skill di berbagai tempat. Mulai dari training
pengembangan diri, training marketing, training public speaking, training
menuju pernikahan bahagia, maupun training jenis lainnya.
Namun, permasalahan utamanya sebenarnya yaitu seberapa besar
pengaruh training motivasi dari orang lain untuk meningkatkan mutu kualitas
terhadap diri seseorang?
Dalam sebuah studi kasus di Amerika Utara, pernah dilakukan
penyebaran kuisioner tentang apakah suatu kinerja seseorang atau kelompok akan
meninggi saat dipimpin oleh orang yang mampu member dorongan motivasi?
Ternyata jawabannya hanya 60 persen saja orang atau kelompok yang
menjawab mereka butuh dorongan untuk melakukan suatu kinerja terbaiknya [James M.
Kouzes]. Terus yang lainnya?
Sebuah fakta yang memang mengejutkan, apabila ditengok dari
keberhasilan seorang trainer maupun sebuah lembaga training dalam membantu
meningkatkan motivasi kinerja. Apakah keadaan ini bisa disebut sebagai
kegagalan mereka?
Kembali ke permasalahan di muka, hanya 60 persen saja yang merasa
termotivasi. Kemana sisanya?
Ternyata hasil dari riset dan studi kasus itu menunjukkan, sisa
orang yang mengatakan “saya tidak butuh dorongan orang lain untuk meningkatkan
kinerja” beralasan mereka bisa memberi performa terbaiknya tanpa sebuah
dorongan. Karena kebanyakan dari mereka yakin bahwa dirinya adalah individu –
individu dengan inisitatif dan tanggung jawab, dan mengartika dukungan serta
dorongan orang lain sebagai ketidakmampuan mereka untuk menunjukkan penampilan
terbaik, kecuali seseorang di sekeliling mereka memberi dukungan.
Ada sebuah hal menarik dari respon di atas yang membuat para
motivator harus mencari tau tentang bagaimana mungkin, kinerja akan semakin
meninggi akibat adanya motivasi dari pemimpin yang lebih peduli, namun hamper setengahnya
mereka tidak butuh motivasi seperti itu?
Keadaan di atas merupakan sebuah kondisi yang memang harus
dipecahkan oleh seseorang atau pun kelompok yang mengidentikan dirinya sebagai
motivator maupun trainer. Bahwa ada sebagian orang yang tidak mempan terhadap
dorongan karena merasa bahwa dirinya sebagai orang yang kreatif dan inisiatif.
Namun, jangan sedih dulu dan menganggap bahwa apa yang dilakukan
oleh seorang trainer maupun motivator menjadi sebuah kegagalan. Percuma member dorongan
motivasi kalau hamper setengahnya tidak termotivasi.
Mari kita lihat dengan seksama, kalimat terakhir dari jawaban orang
– orang yang mengatakan tidak butuh dorongan. “kebanyakan dari mereka yakin
bahwa dirinya adalah individu – individu dengan inisitatif dan tanggung jawab,
dan mengartika dukungan serta dorongan orang lain sebagai ketidakmampuan mereka
untuk menunjukkan pebanpilan terbaik, kecuali seseorang di sekeliling mereka memberi
dukungan”
Apa kalimat terakhirnya? Yups, betul sekali. Mereka member pengecualian
terhadap kasus tersebut dengan mengatakan, “kecuali seseorang di sekeliling
mereka memberi dukungan”
Artinya apa?
Ternyata mereka tidak membutuhkan sosok yang member dorongan kepada
orang yang sebelumnya mereka tidak melakukan interaksi, atau belum mereka kenal
dengan detail. Namun mereka akan mengikuti motivasi apaabila ia dilakukan oleh
orang yang muncul dari lingkungan mereka.
Saya ingat sebuah pernyataan dari kitab Nidzamul Islam, di muka
saat baru mengikuti perhalaqahan disebutkan di dalamnya.
“Manuisa selalu mengatur tingkah lakunya dalam kehidupan ini sesuai dengan persepsi (mafahim)nya terhadap kehidupan. Sebagai contoh, mafahim seseorang terhadap orang yang dicintainya akan membentuk perilaku yang berlawanan dari orang tersebut kepada orang lain yang dibencinya, karena ia memiliki mafahim kebencian terhadapnya. Begitu juga akan berbeda terhadap orang yang sama sekali tidak dikenalnya, karena ia tidak memiliki mafhum apapun terkait dengan orang tersebut. Jadi, tingkah laku manusia selalu berkaitan erat dengan mafahim (persepsi) yang dimilikinya”
Nah, sudah mulai punya gambaran akan jawabannya kan?
Ternyata kenapa hampir setengah dari jawaban riset di atas
mengatakan tidak butuh motivasi dari orang lain, ya karena orang yang memberi dorongan
motivasi sebelum belum mereka kenal.
Lihat jawaban dari kitab Nidzamul di atas : “Begitu juga akan
berbeda terhadap orang yang sama sekali tidak dikenalnya, karena ia tidak
memiliki mafhum apapun terkait dengan orang tersebut”
Lah terus bagaimana agar seseorang itu bisa termotivasi dari kita?
Jawabannya, ya ajak halaqah dulu, nanti akan diterangkan lebih detail kok. Hehe
:D
Dari kitab Nidzamul Islam di atas, jawabannya cukup simple saja.
Buat orang itu memiliki persepsi (mafahim) yang sama dengan kita atau bahasa
gampangnya kita infiltrasikan persepsi kita ke dalam diri mereka, sehingga
mereka mempunyai persepsi yang sama dengan kita terhadap sesuatu hal di
lingkungan dan terhadap kehidupan.
Seperti yang ditulis di dalam kitab, “Jadi, tingkah laku manusia
selalu berkaitan erat dengan mafahim (persepsi) yang dimilikinya”
So, buat mereka memiliki persepsi sama dengan kita terlebih dahulu.
Karena setelah mereka memiliki persepsi yang sama sudah dipastikan engkau sudah
mendapatkan orang tersebut. Engkau sudah bisa bermain sesukamu. Hehe. Maksudnya
engkau bisa suruh dia apapun yang kamu perintahkan, engkau bisa meminta apapun
yang engkau minta, engkau bisa memotivasi apapun yang bisa engkau motivasi.
Ingatlah, menjadi orang yang mampu memotivasi seseorang untuk
senantiasa beribadah pada Allah dan melakukan kebaikan tidak akan pernah rugi.
Karena setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh orang tersebut, kita (yang
memotivasi) pun akan mendapatkan pahala yang sama tanpa mengurangi sedikitpun
dari pahala orang yang melakukan kebaikan.
Maka, kebaikan saya adalah: Mengajak Anda semua ikut halaqah, kita
perdalam lagi mafhum dan tsaqafah (ilmu pengetahuan) tentang Islam dan
kehidupan. Insya Allah dengan Anda ikut halaqah, Islam akan kembali memimpin
dunia.
Izinkan lisan ini menukil sebuah ayat yang sudah sangat dihafal
oleh anak – anak kecil:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. Al ‘Ashr : 1 – 3)
Semoga Allah jadikan lisan kita sebagai lisan yang senantiasa
memotivasi untuk berbuat kebaikan bagi orang lain dan terlebih bagi diri kita
sendiri. Allahumma aamiin.
Salam
BerkahBarakah,
Ingin ngobrol dengan saya?
Follow saya (@nasruriaji) di twitter.
Gabung di Komunitas Berkah-Barakah
0 komentar:
Posting Komentar