Masa remaja itu dibilang masa yang penuh coba – coba.
Mode pakaian pun dicoba – coba. Gaya potong rambut pun coba – coba meniru ala
artis ibukota. Toh, semua itu menjadi trend tersendiri di dalam kondisi
masyarakat yang tengah mengalami degredasi nilai keagamaan. Kalau dalam kajian
– kajian biasa disebut dengan namanya ghazwul fikri.
Namanya juga kalah dalam perang fisik, maka para orang
– orang pembenci Islam melakukan berbagai cara untuk berusaha bagaimana agar
para generasi muda Islam semakin jauh dari agamanya. Maka dilakukanlah berbagai
infiltrasi – infiltrasi budaya, pemikiran, dan tsaqofah – tsaqofah (ilmu
pengetahuan) yang jelas itu berlainan dan bertentangan dengan Islam, namun di
dalam kenyataan realitas masyarakat itu menjadi sebuah nilai yang benar.
Inillah celah besar orang yang membenci Islam untuk menghancurkan Islam, lewat
generasi mudanya yang masih suka coba – coba.
Eits, tapi tunggu dulu. Saya di sini tidak akan
membahas tentang bagaimana konspirasi orang yang membenci Islam (baca: Barat)
untuk menghancurkan Islam. Mungkin itu akan saya tulis di dalam lapak posting
artikel yang berbeda. Toh, kelihatannya yang baca blog saya ini masih terlalu
Ababil (Asli Baru Belajar Ilmu Islam), jadi biar gak begitu kaget dan syok
(harusnya: shock tapi karena yg baca ada orang sunda, jadi syok atuh :D ) maka
pembahasannya nanti saja. Kecuali kalo sudah siap halaqah, nanti ini dibahas
secara mendalam, cemerlang, sampai kelar – kelar.
Baik, pembahasan kali ini hanya seputar masalah Anak
Sholeh Yang Baru Belajar Islam. Ceritanya tuh bermula saat Anak Sholeh ini
memutuskan untuk belajar dan mengkaji Islam lewat halaqah – halaqah yang benar
– benar intensif.
Salah satu tantangan dari awal perhalaqahan yaitu saat
ditanya oleh musyrif (ada yang menyebut murabbi’, ustadz, mentor, dsb.) yaitu
orang yang mengajari seseorang melalui perhalaqahan intensif mingguan tentang
berbagai masalah Islam. Biasanya bagi seorang musyrif yang mendapatkan daris
(pelajar) baru dan notabene masih Bujang bin Jomblo akan bertanya, “Antum masih
punya pacar?” Hehe :D
Maka dengan agak gemetar, si Anak Sholeh ini pun akan
menjawab dengan tertatih – tatih sambil keringetan.”Iya tadz, emang kenapa ya?”
Dan biasanya lagi, musyrif itu akan tersenyum, entah itu
senyum maksudnya gimana. Sepemahaman penulis juga gak ada tuh dalil tersenyum
kalau ada orang yg ditanya masih punya pacar terus menjawab iya. Sambil senyum
musyrif itu pun bertanya lagi, “Antum itu sholeh, jangan biarkan kesholehan
antum terkikis oleh sesuatu yang jelas menjauhkan dari kesholehan itu”.
Maka, terjadilah diskusi. . . . blab bla bla bla.
Satu jam. Dua jam. Tiga jam (Eits, udah dulu, maksimal
kan cuma 2 jam tiap pertemuan)
Maka diskusi pun diakhiri dengan kesimpulan, “Kalau
mau jadi Anak Sholeh, hindari sesuatu hal yang mengarah pada maksiat
berkelanjutan”. Kalau saya sendiri, mendefinisikan maksiat berkelanjutan ya
PACARAN. Kenapa tuh kok PACARAN menjadi maksiat berkelanjutan? Ntar baca
postingan saya selanjutnya (insya Allah).
Hem, ternyata si Anak Sholeh ini pun dengan haqqul
yakin (keliatannya sih begitu) datang ke pacarnya, PUTUS! Begitulah kata
intinya.
Eh, ternyata cobaan sesungguhnya bukan tatkala Anak
Sholeh itu memutuskan untuk PUTUS dengan pacarnya, melainkan . . . . (biar kepo nih! Hehe :D )
Melainkan tatkala ia semakin memutuskan untuk
mendalami Islam. Kajian – kajian, halaqah – halaqah yang ia ikuti, semakin
menguatkan hatinya bahwa apa yang ia putuskan kemarin itu benar. PUTUS pacaran
itu pilihan yang tepat agar terhindar dari maksiat berkelanjutan. Eh rupa –
rupanya, keseriusan itulah yang menyebabkan banyak akhwat – akhwat (cewek –
cewek) pada naksir. Mereka melihat kesholehan Anak Sholeh itu sebagai sebuah
nilai tersendiri. Maka hati mereka pun semakin kesengsem.
“Bagaimanapun ia harus jadi milikku”, gumam seorang
cewek.
Namun para cewek itu sadar, tidak mudah untuk
mengatakan cinta pada Anak Sholeh itu. Mereka pun berfikir bagaimana caranya
agar mereka bisa tetap dekat dengan Anak
Sholeh. Berbagai dalih pun mereka lakukan, dari mulai kirim SMS ngajak tahajud,
ngajak shaum sunnah, ngajak tafakur alam, dsb. Hehe :D
Namun ternyata dalih itu tetap belum meluluhkan hati
si Anak Sholeh. Ternyata mereka tidak mau berhenti berusaha, mereka pun semakin
meneliti dimana Anak Sholeh itu melakukan kajian atau halaqahnya. Setelah
mereka mengetahui, mereka pun bertanya apakah mereka juga bisa ikut bareng.
(Eits, bisa lah. Tapi gak mungkin sekelompok. Cewek ya dibina cewek lah, masa
pembinaannya dicampur. Apaan tuh? )
Wah, setelah tau harus dipisah. Akhirnya mereka pun
tidak mengambil opsi itu. Dicarilah cara yang lain. Eh, ketemu juga. Ada sebuah
dalil dari hadits, yang intinya. Tidaklah seseorang dianggap beriman sebelum ia
mencintai saudaranya dari dirinya sendiri.
Maka lewat SMS, lewat chatting FB, twitter, dan
sebagainya dikirimlah sebuah pesan yang isinya kurang lebih seperti ini :
“Assalammu’alaikum. Nabi pernah berpesan, bahwa
belumlah seseorang dikatakan beriman sebelum ia mencintai saudaranya daripada
dirinya sendiri. Ana mau menjadi orang yang beriman, maka izinkanlah ana
mengucapkan:
“ANA UHIBBUKA LILLAHI TA’ALA, Akhi”
Wassalammu’alaikum”
Pesan yang pendek ya!
Nah, bagaimana Islam mengatasi problematika ini, maka
jawabannya adalah . . .
Jawablah ucapan
itu dengan balasan do’a seperti di bawah ini.
أَحَبَّكَ
الَّذِيْ أَحْبَبْتَنِي لَهُ
“Semoga Allah
mencintai kamu yang cinta kepadaku karenaNya”
Namun perlu digaris
bawahi, tidak menerima bentuk percintaan semacam pacaran, dan lain sebagainya.
Kalau benar cinta ya nikahi. Kalau tidak? YA SUDAHI.
Itulah sekelumit
saran dari saya, kalau nanti ada yang baru ikut halaqah dan tiba – tiba ada
cewek yang bilang seperti itu, maka jawablah do’a di atas. Tapi tetap ya,
diingat. Tidak Menerima bentuk percintaan semacam pacaran dan lain – lain
sebagainya. Kalau benar cinta ya nikahi. Kalau tidak? YA SUDAHI.
Kok diulangi sih?
Biar kamu mudeng
(tau) maksudnya gimana. Biar gak telmi (Telat Menyesali) Hehe :D
Salam
BerkahBarakah!
Follow saya di : http://www.twitter.com/nasruriaji
beda kisah ternyata dengan ana akhi... tak kirain sama, dengan serius ana bacanya.. :-)
BalasHapushttp://www.nurkholismansur.com/2013/07/jika-ada-yang-bilang-aku-mau-apa.html
bagus....
BalasHapus