Ada Yang Bilang Cinta Padaku?

Posted on 7:32 AM by


Masa remaja itu dibilang masa yang penuh coba – coba. Mode pakaian pun dicoba – coba. Gaya potong rambut pun coba – coba meniru ala artis ibukota. Toh, semua itu menjadi trend tersendiri di dalam kondisi masyarakat yang tengah mengalami degredasi nilai keagamaan. Kalau dalam kajian – kajian biasa disebut dengan namanya ghazwul fikri.

Namanya juga kalah dalam perang fisik, maka para orang – orang pembenci Islam melakukan berbagai cara untuk berusaha bagaimana agar para generasi muda Islam semakin jauh dari agamanya. Maka dilakukanlah berbagai infiltrasi – infiltrasi budaya, pemikiran, dan tsaqofah – tsaqofah (ilmu pengetahuan) yang jelas itu berlainan dan bertentangan dengan Islam, namun di dalam kenyataan realitas masyarakat itu menjadi sebuah nilai yang benar. Inillah celah besar orang yang membenci Islam untuk menghancurkan Islam, lewat generasi mudanya yang masih suka coba – coba.

Eits, tapi tunggu dulu. Saya di sini tidak akan membahas tentang bagaimana konspirasi orang yang membenci Islam (baca: Barat) untuk menghancurkan Islam. Mungkin itu akan saya tulis di dalam lapak posting artikel yang berbeda. Toh, kelihatannya yang baca blog saya ini masih terlalu Ababil (Asli Baru Belajar Ilmu Islam), jadi biar gak begitu kaget dan syok (harusnya: shock tapi karena yg baca ada orang sunda, jadi syok atuh :D ) maka pembahasannya nanti saja. Kecuali kalo sudah siap halaqah, nanti ini dibahas secara mendalam, cemerlang, sampai kelar – kelar.

Baik, pembahasan kali ini hanya seputar masalah Anak Sholeh Yang Baru Belajar Islam. Ceritanya tuh bermula saat Anak Sholeh ini memutuskan untuk belajar dan mengkaji Islam lewat halaqah – halaqah yang benar – benar intensif.

Salah satu tantangan dari awal perhalaqahan yaitu saat ditanya oleh musyrif (ada yang menyebut murabbi’, ustadz, mentor, dsb.) yaitu orang yang mengajari seseorang melalui perhalaqahan intensif mingguan tentang berbagai masalah Islam. Biasanya bagi seorang musyrif yang mendapatkan daris (pelajar) baru dan notabene masih Bujang bin Jomblo akan bertanya, “Antum masih punya pacar?” Hehe :D

Maka dengan agak gemetar, si Anak Sholeh ini pun akan menjawab dengan tertatih – tatih sambil keringetan.”Iya tadz, emang kenapa ya?”

Dan biasanya lagi, musyrif itu akan tersenyum, entah itu senyum maksudnya gimana. Sepemahaman penulis juga gak ada tuh dalil tersenyum kalau ada orang yg ditanya masih punya pacar terus menjawab iya. Sambil senyum musyrif itu pun bertanya lagi, “Antum itu sholeh, jangan biarkan kesholehan antum terkikis oleh sesuatu yang jelas menjauhkan dari kesholehan itu”.

Maka, terjadilah diskusi. . . . blab bla bla bla.

Satu jam. Dua jam. Tiga jam (Eits, udah dulu, maksimal kan cuma 2 jam tiap pertemuan)

Maka diskusi pun diakhiri dengan kesimpulan, “Kalau mau jadi Anak Sholeh, hindari sesuatu hal yang mengarah pada maksiat berkelanjutan”. Kalau saya sendiri, mendefinisikan maksiat berkelanjutan ya PACARAN. Kenapa tuh kok PACARAN menjadi maksiat berkelanjutan? Ntar baca postingan saya selanjutnya (insya Allah).

Hem, ternyata si Anak Sholeh ini pun dengan haqqul yakin (keliatannya sih begitu) datang ke pacarnya, PUTUS! Begitulah kata intinya.

Eh, ternyata cobaan sesungguhnya bukan tatkala Anak Sholeh itu memutuskan untuk PUTUS dengan pacarnya, melainkan  . . . . (biar kepo nih! Hehe :D )

Melainkan tatkala ia semakin memutuskan untuk mendalami Islam. Kajian – kajian, halaqah – halaqah yang ia ikuti, semakin menguatkan hatinya bahwa apa yang ia putuskan kemarin itu benar. PUTUS pacaran itu pilihan yang tepat agar terhindar dari maksiat berkelanjutan. Eh rupa – rupanya, keseriusan itulah yang menyebabkan banyak akhwat – akhwat (cewek – cewek) pada naksir. Mereka melihat kesholehan Anak Sholeh itu sebagai sebuah nilai tersendiri. Maka hati mereka pun semakin kesengsem.

“Bagaimanapun ia harus jadi milikku”, gumam seorang cewek.

Namun para cewek itu sadar, tidak mudah untuk mengatakan cinta pada Anak Sholeh itu. Mereka pun berfikir bagaimana caranya agar  mereka bisa tetap dekat dengan Anak Sholeh. Berbagai dalih pun mereka lakukan, dari mulai kirim SMS ngajak tahajud, ngajak shaum sunnah, ngajak tafakur alam, dsb. Hehe :D

Namun ternyata dalih itu tetap belum meluluhkan hati si Anak Sholeh. Ternyata mereka tidak mau berhenti berusaha, mereka pun semakin meneliti dimana Anak Sholeh itu melakukan kajian atau halaqahnya. Setelah mereka mengetahui, mereka pun bertanya apakah mereka juga bisa ikut bareng. (Eits, bisa lah. Tapi gak mungkin sekelompok. Cewek ya dibina cewek lah, masa pembinaannya dicampur. Apaan tuh? )

Wah, setelah tau harus dipisah. Akhirnya mereka pun tidak mengambil opsi itu. Dicarilah cara yang lain. Eh, ketemu juga. Ada sebuah dalil dari hadits, yang intinya. Tidaklah seseorang dianggap beriman sebelum ia mencintai saudaranya dari dirinya sendiri.
Maka lewat SMS, lewat chatting FB, twitter, dan sebagainya dikirimlah sebuah pesan yang isinya kurang lebih seperti ini :

“Assalammu’alaikum. Nabi pernah berpesan, bahwa belumlah seseorang dikatakan beriman sebelum ia mencintai saudaranya daripada dirinya sendiri. Ana mau menjadi orang yang beriman, maka izinkanlah ana mengucapkan:
“ANA UHIBBUKA LILLAHI TA’ALA, Akhi”
Wassalammu’alaikum”

Pesan yang pendek ya!
Nah, bagaimana Islam mengatasi problematika ini, maka jawabannya adalah . . .
Jawablah  ucapan itu dengan balasan do’a seperti di bawah ini.

أَحَبَّكَ الَّذِيْ أَحْبَبْتَنِي لَهُ
“Semoga Allah mencintai kamu yang cinta kepadaku karenaNya”


Namun perlu digaris bawahi, tidak menerima bentuk percintaan semacam pacaran, dan lain sebagainya. Kalau benar cinta ya nikahi. Kalau tidak? YA SUDAHI.

Itulah sekelumit saran dari saya, kalau nanti ada yang baru ikut halaqah dan tiba – tiba ada cewek yang bilang seperti itu, maka jawablah do’a di atas. Tapi tetap ya, diingat. Tidak Menerima bentuk percintaan semacam pacaran dan lain – lain sebagainya. Kalau benar cinta ya nikahi. Kalau tidak? YA SUDAHI.

Kok diulangi sih?

Biar kamu mudeng (tau) maksudnya gimana. Biar gak telmi (Telat Menyesali) Hehe :D

Salam BerkahBarakah!

2 komentar: Leave Your Comments

  1. beda kisah ternyata dengan ana akhi... tak kirain sama, dengan serius ana bacanya.. :-)

    http://www.nurkholismansur.com/2013/07/jika-ada-yang-bilang-aku-mau-apa.html

    BalasHapus